China secara resmi menuduh Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) melakukan serangan siber terhadap Pusat Waktu Nasional, lembaga vital yang mengatur standar waktu dan sinkronisasi jam di seluruh negeri. Tuduhan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara terkait isu keamanan siber, spionase teknologi, dan perlombaan dominasi digital global. Serangan semacam ini bukan hanya menyasar infrastruktur teknis, tetapi juga dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas operasional berbagai sektor penting di China.
Pusat Waktu Nasional bertanggung jawab untuk memastikan akurasi dan sinkronisasi waktu di seluruh jaringan telekomunikasi, transportasi, sistem keuangan, hingga fasilitas teknologi tinggi. Gangguan pada sistem ini berpotensi menimbulkan efek domino yang luas, mulai dari gangguan operasional kereta api, jadwal penerbangan, transaksi perbankan, hingga sistem navigasi dan telekomunikasi yang bergantung pada presisi waktu. Menurut pihak berwenang China, pola serangan menunjukkan tingkat keterampilan yang tinggi dan kemampuan teknis yang biasanya terkait dengan aktor siber profesional, yang mereka yakini terafiliasi dengan NSA AS.
NSA sendiri hingga kini belum memberikan pernyataan resmi terkait tuduhan tersebut. Sementara itu, para analis keamanan siber menyoroti bahwa serangan terhadap sistem waktu nasional adalah langkah ekstrem dalam konflik digital, karena tidak hanya mengancam data, tetapi juga berpotensi mengganggu infrastruktur kritis yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat dan ekonomi. Serangan seperti ini mencerminkan tren baru dalam geopolitik digital, di mana negara-negara besar memanfaatkan serangan siber sebagai alat untuk mendapatkan keunggulan strategis tanpa melibatkan konfrontasi militer langsung.
Dampak potensial dari serangan ini membuat pemerintah China menekankan pentingnya keamanan siber sebagai isu nasional. Mereka menyerukan Amerika Serikat untuk menghentikan semua aktivitas siber yang menargetkan sistem vital negara dan mendorong pembentukan aturan internasional yang jelas terkait operasi siber. Selain itu, China juga meningkatkan pengawasan terhadap jaringan kritis, memperkuat sistem pertahanan siber, dan mengajak lembaga internasional untuk mengawasi praktik-praktik spionase digital di seluruh dunia.
Baca juga: Sora, Media Sosial Terbaru OpenAI yang Mirip TikTok
Kejadian ini juga menarik perhatian komunitas global, karena serangan terhadap infrastruktur kritis seperti pusat waktu nasional dapat memicu kekhawatiran internasional terkait keamanan global dan kepercayaan antarnegara. Pakar teknologi dan diplomat menekankan perlunya dialog internasional untuk menetapkan batasan penggunaan siber sebagai senjata dan untuk melindungi sistem yang sangat bergantung pada akurasi dan integritas data.
Meskipun bukti independen belum dipublikasikan, tuduhan China ini menyoroti ketegangan yang semakin nyata antara dua kekuatan besar dunia di ranah digital. Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa keamanan siber bukan lagi sekadar isu teknis, melainkan bagian penting dari hubungan internasional, strategi pertahanan, dan ekonomi global.